Apa Nyeri Itu?
Nyeri (rasa sakit yang sangat) adalah suatu gejala yang sangat subjektif. Biasanya agak sulit melihat adanya nyeri kecuali dari keluhan penderita itu sendiri. Nyeri pada Odha sering terjadi dan merupakan kelainan penting yang mempengaruhi mutu hidup Odha. Lebih dari sepertiga Odha pernah diserang oleh rasa nyeri. Nyeri antara lain dapat disebabkan oleh infeksi HIV sendiri, efek samping obat, atau infeksi oportunistik.
Untuk memudahkan pengukuran rasa nyeri, skala ukuran metrik (0 = tidak ada nyeri, 10 = nyeri sekali) dapat dipakai. Untuk nyeri pada anak, mungkin gambar diperlukan untuk membedakan derajat nyeri (lihat Lembaran Informasi (LI) 618).
Bagaimana Nyeri Ditatalaksanakan?
Waktu kita sakit, kita mungkin menderita nyeri fisik (rasa sakit di sekujur tubuh), sering kali dua atau tiga jenis nyeri dari berbagai gejala pada waktu yang sama. Kita juga dapat mengalami nyeri mental, dengan kesusahan dan kegelisahan sebagai tanda luarnya. Nyeri fisik dapat memburukkan nyeri mental, dan rasa nyeri mental dapat menambah rasa nyeri fisik.
Tidak seorang pun seharusnya betah dengan nyeri yang terus-menerus.
Penatalaksanaan nyeri berarti menentukan jenis nyeri yang dialami, kemudian menentukan jenis pengobatan yang cocok. Ini proses yang seharusnya melibatkan pasien yang menderita nyeri beserta dokter.
Jangan merasa malu atau kurang ‘jantan’ karena mengeluhkan nyeri. Nyeri adalah tanda bahwa ada masalah dengan tubuh kita.
Tujuan penatalaksanaan rasa nyeri adalah agar memberdayakan orang untuk menangani nyerinya sendiri. Jika kita dirawat di rumah, ini berarti kita harus dibimbing untuk menyesuaikan obat yang dipakai, atau bagaimana memakai obat beserta terapi tradisional misalnya refleksi atau pijat. Jika kita di rumah sakit, kita harus mampu memberitahukan perawat mengenai jenis rasa nyeri yang dialami, dan tingkat keberhasilan pengobatan agar dapat disesuaikan.
Ambang Rasa Nyeri
Kadang kala kita lebih mudah merasa nyeri, sedangkan ada kalanya juga kita dapat lebih tahan. Ada beberapa faktor yang menaikkan ambang rasa nyeri, sedangkan ada faktor yang menurunkannya. Kita harus mengupayakan agar mendapatkan faktor yang menaikkan ambang rasa nyeri, termasuk: hilangnya keluhan penderita; cukup tidur; dukungan spiritual dan emosional; dan penggunaan obat yang sesuai.
Sebaliknya, kita harus menghindari faktor yang menurunkan ambang rasa nyeri, termasuk: sulit tidur; kelelahan; kegelisahan; marah; depresi; bosan; dan rasa kesepian.
Terapi penunjang, termasuk akupunktur, refleksi, pijat, dan olahraga dapat meningkatkan ambang tersebut.
Pengobatan Nyeri
Upaya pertama adalah untuk mengobati penyakit yang menimbulkan nyerinya, jika bisa. Namun sambil mencari alasan atau obat yang cocok, kita sebaiknya juga mengobati gejala dengan obat analgesik (antinyeri).
Penanganan nyeri tergantung dari derajat rasa nyeri serta tanggapan pada obat analgesik. Pemberian dan penggantian obat analgesik dilakukan secara bertahap. Tahapan digambarkan dengan Jenjang Analgesik dengan tiga tahap atau langkah.
Langkah pertama mencakup obat analgesik nonnarkotik, misalnya aspirin atau parasetamol. Perhatikan: parasetamol (mis. Panadol) sebaiknya dihindari oleh orang dengan hepatitis. Langkah kedua memberi narkotik lemah, misalnya kodein, bila dibutuhkan dengan tetap diberi analgesik biasa. Sedang pada langkah tertinggi, diberikan obat narkotik kuat, misalnya morfin, sekali lagi dengan analgesik biasa bila dibutuhkan.
Obat analgesik juga dapat ditambah dengan adjuvan, obat untuk membantu khasiat obat pokok. Adjuvan dapat termasuk obat bius lokal, steroid, dan obat antimual, serta juga terapi penunjang yang dibahas di atas.
Jenis obat analgesik yang diberi dapat dinaikkan ke langkah berikutnya bila tidak ada perbaikan dengan penggunaan takaran yang dianjurkan. Sebaliknya, bila diberi analgesik langkah ketiga dan nyeri mulai hilang, obat diganti dengan obat jenis langkah kedua dulu, terus (bila nyeri masih tetap ringan) dengan obat jenis langkah pertama, terus dihentikan bila masalahnya hilang total. Jangan langsung berhenti memakai obat pada langkah kedua atau ketiga.
Biasanya, obat diberikan waktu kita merasa nyeri. Ini dapat berarti bahwa waktu nyeri diobati, dibutuhkan takaran besar, dengan kemungkinan ada efek samping. Beberapa ahli nyeri menganggap bahwa cara terbaik untuk menawar nyeri adalah dengan memberi obat pada jadwal tetap, dengan takaran tetap, sebelum rasa nyeri dialami.
Obat Narkotik
Banyak petugas perawatan kesehatan prihatin tentang ketergantungan fisik dan psikologis waktu meresepkan narkotik. Akibatnya, pasien sering diberi dosis yang terlalu rendah dengan jangka waktu terlalu lama untuk memberi penawar yang cukup.
Namun, pengalaman dengan orang yang sangat sakit menunjukkan bahwa, walaupun ketergantungan fisik pada obat narkotik kadang terjadi, ketergantungan psikologis jarang. Adalah hak kita untuk memperoleh penawar rasa nyeri yang terbaik, dan jika ini berarti penggunaan obat narkotik, kita harus berani memintanya.
Jika kita pengguna narkoba, mantan atau aktif, kita mungkin mempunyai toleransi terhadap narkotik yang dipakai untuk menawar nyeri. Dalam keadaan ini, sebaiknya kita memberi tahu dokter bahwa kita pengguna narkoba, agar dia tidak meremehkan derajat penawar nyeri yang dibutuhkan. Masalahnya adalah bahwa jika kita mengetahuinya, dokter mungkin anggap bahwa kita membesarkan rasa nyeri agar dapat lebih banyak obat. Ini bukan pilihan yang mudah, tetapi hanya kita yang dapat memilihnya.
Neuropati Perifer
Rasa nyeri yang diakibatkan neuropati perifer (mati rasa atau kesemutan pada tangan atau kaki) biasanya ditangani secara khusus – dan sayangnya sulit ditangani. Langkah terbaik untuk neuropati sebagai efek samping obat adalah untuk mencegah terjadinya, dengan mengganti obat penyebab segera setelah gejala pertama (kesemutan) dialami. Lihat LI 555 untuk informasi lebih lanjut.
Garis Dasar
Nyeri, atau rasa sangat sakit, sering dialami oleh Odha, khususnya pada tahap akhir penyakitnya.
Kita semua berhak menerima pengobatan yang sesuai untuk rasa nyeri. Ini biasa mulai dengan obat analgesik yang biasa, tetapi jika ini tidak berhasil, obat narkotik lemah atau kuat mungkin dibutuhkan.
Namun rasa nyeri juga dapat dikurangi dengan beberapa intervensi lain, termasuk perhatian dari orang lain dan terapi penunjang.
rasa nyeri
rasa nyeri
Posted by KUMPULAN ILMU KESEHATAN INDONESIA
No comments:
Post a Comment