BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hari kesehatan jiwa sedunia di Indonesia telah dicanangkan oleh Presiden R.I pada tanggal 09 Oktober 1993, yang bertujuan untuk mengupayakan agar hak mereka yang mengalami gangguan kesehatan jiwa dihormati, memperluas program pencegahan untuk mengurangi ancaman gangguan kesehatan jiwa dan meningkatkan taraf kesehatan jiwa seoptimalnya bagi seluruh penduduk (Depkes RI, 2005).
Tujuan hari kesehatan jiwa sedunia tersebut dijiwai oleh pengertian kesehatan jiwa yang tercantum dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu kesehatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan yang optimal secara fisik, intelektual, dan emosional dari seseorang yang selaras dengan orang lain (Dep Kes, 2005).
Perawat mempunyai hak dan tanggung jawab untuk melaksanakan setiap tugas dengan baik dan benar sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat dalam bertugas mungkin akan dapat mengalami konflik. Sebagai perawat profesional, perawat memerlukan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan, karena setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan mempunyai resiko atau konsekuensi. Sebagai perawat di tatanan pelayanan kesehatan malpraktik dan kelalaian bisa saja terjadi, maka perawat harus mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien atau klien secara baik dan benar.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar (Nursalam, 2001).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pendokumentasian Askep yaitu lama atau waktu pelaksanaan, kepentingan / kegunaan, pendidikan, motivasi. Dari semua faktor diatas, motivasi mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pendokumentasian askep karena motivasi merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan / bersikap tertentu (Martin Handoko, 2000).
Berdasarkan pengalaman penulis selama dinas di Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu khususnya di rawat inap yang merupakan suatu unit pelayanan dari unit pelayanan yang ada pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan masih sangat kurang, sedangkan menurut pengamatan penulis waktu atau kesempatan untuk melakukan pendokumentasian sangat banyak menurut Carpenito, 1999 normalnya waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendokumentasian dalam satu ship yaitu antara 30 – 40 menit. Menurut Carpenito, 1999 rintangan yang umumnya dari stap perawatan terhadap pendokumentasian yaitu : tidak adanya waktu yang cukup untuk menulis, dianggap tidak perlu serta tidak digunakan setelah ditulis.
Berdasarkan penelitian awal yang peneliti lakukan pada tanggal 05 Mei 2008 di Rumah Sakit Jiwa dan Kertergantungan Obat Bengkulu khususnya di ruang rawat inap yang merupakan suatu unit pelayanan dari unit pelayanan yang ada. Ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Bengkulu terdiri dari 5 ruangan yaitu ruangan Rajawali, ruang Murai, ruang VIP, ruang IPC serta ruang Mawar dan 50 orang perawat.
Dari kelima ruangan ini pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan hanya dilakukan apabila akan naik pangkat atau hanya untuk keperluan angka kredit. Hal tersebut dapat dilihat dari lembar-lembar asuhan keperawatan yang mayoritas tidak terisi dengan lengkap dan perawat perawat yang mengisi lembar askep tersebut yaitu dari 11 orang perawat pelaksana ditemui di RSJKO 7 orang yang mengatakan perawat tidak melaksanakan pendokumentasian.
Selain berdasarkan pengamatan peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa orang perawat yang bertugas di ruangan, beberapa orang perawat mengatakan bahwa pendokumentasian banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Sebagian perawat yang lain mengatakan pendokumentasian tidak begitu penting, sehingga pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai dengan standar yang ada.
Bertolak belakang pada uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Antara Motivasi dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah penelitian adalah kurangnya motivasi perawat terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSJKO Soeprapto Bengkulu. Adapun rumusan masalah adalah “Adakah hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Dan Ketergantungan Obat Bengkulu”.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran motivasi perawat.
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
Manfaat Penelitian
Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan, sumber pustaka tentang hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Sebagai informasi untuk menciptakan serta meningkatkan kualitas kerja perawat dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.
Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
Keaslian Penelitian
Berdasarkan kepustakaan yang peneliti telusuri belum ada yang pernah melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Motivasi dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dokumentasi Keperawatan
Pengertian
Nursalam (2001) mengatakan bahwa “Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum“. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting . Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar.
Komponen model dokumentasi keperawatan
Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi :
Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
Dokumentasi proses keperawatan
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
Standar dokumentasi
Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kwantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
Tujuan Utama Dokumentasi
Menurut Nursalam (2001) Tujuan utama dari pendokumentasian adalah:
a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan.
b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
Manfaat Dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2001) dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu :
Hukum
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keuangan
Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
Penelitian
Data yang terdapat di dalam dokumentasi mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut
Prinsip-Prinsip Pendokumentasian
Menurut Nursalam (2001) prinsip pendokumentasian ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pencatatan
Segi isi dokumentasi
1). Mengandung Nilai Administratif
Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah manakala terjadi gugatan.
2). Mengandung Nilai Hukum
Misalnya catatan medis kesehatan keperawatan dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehaan, maupun pasien.
3). Mengandung Nilai Keuangan
Kegiatan pelayanan medis keperawatan akan menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang merupakan sumber perencanaan keuangan rumah sakit.
4). Mengandung Nilai Riset
Pencatatan mengandung data, atau informasi, atau bahan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi merupakan informasi yang terjadi di masa lalu.
5). Mengandung Nilai Edukasi
Pencatatan medis keperawatan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi.
Segi teknik pencatatan (Nursalam, 2001)
1). Menulis nama pasien pada setiap halaman catatan perawat
2). Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam
3). Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara fakta.
4). Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai. Contoh : Kg untuk Kilogram
5). Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau
6). Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada penghapusan.
7). Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan
8). Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.
Jenis jenis pencatatan
Ada dua jenis pencatatan dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2001) yaitu :
Catatan Pasien secara Tradisional
Catatan pasien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan perawat terpisah dari catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya catatan ditulis dalam bentuk naratif. Sistem dokumentasi berorientasi pada sumber yang ditulis secara terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang benar sesuai perkembangan pasien. Catatan tradisional umumnya mempunyai enam bagian, yaitu : catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan, dan laporan khusus lainnya.
Catatan Berorientasi pada Masalah
Pencatatan yang berorientasi pada masalah yang sedang dialami pasien. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, dimana dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien tentang segala permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama “Problem Oriented Record ”.
Problem Oriented Record (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan pasien. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.
Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian, yaitu :
1). Data Dasar : identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan lain-lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang akan diberikan, misalnya: data dasar unit kebidanan akan berbeda dengan unit bedah.
2). Daftar Masalah : masalah pasien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar masalah dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium yang abnormal, masalah psikologis, atau masalah sosial. Masalah yang ada mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut prioritas masalah dengan memberi nomor, tanggal pencatatan, serta menyebutkan masalahnya. Daftar memberikan keuntungan bagi perawat sebagai perencana keperawatan.
3). Rencana: Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan demikian perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan pasien.
4). Catatan Perkembangan Pasien adalah semua catatan yang berhubungan dengan keadaan pasien selama dalam perawatan. Pada umumnya catatan ini terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain :
a). Catatan Berkesinambungan (Flow Sheet)
Digunakan untuk mencatat hasil observasi perawatan secara umum, khususnya pada keadaan pasien yang sering berubah-ubah dengan cepat.
b). Catatan secara Naratif (Notes)
c). Catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge Notes)
Dokter maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan pasien selama dirawat, baik mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
Metode pendokumetasian Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian Pengkajian
Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik dimana perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisisr dalam catatan kesehatan. Format pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnya yang memungkinkan sebagai alat komunikasi bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Petunjuk penulisan pengkajian:
1). Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang meliputi : Riwayat pasien masuk rumah sakit, respon klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan klien, riwayat pengobatan,
data pasien rujukan, pulang dan keuangan.
2). Gunakan format yang telah tersusun untuk pencatatan pengkajian
Pendekatan : mayor body system seperti sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem persarafan, sistem perkemihan, dan sistem pencernaan.
3). Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan.
4). Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai memasukkan pendapat pribadi.
5). Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data objektif.
6). Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk definisi karakteristiknya.
7). Ikuti aturan atauran atau prosedur yang dipakai dan disepakati instansi
8). Tuliskan secara jelas dan singkat
Pendokumentasian Diagnosa Keperawatan (Nursalam, 2001)
Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi :
1). Pemakaian PE dan PES : untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika petugas yang berbeda mengambil tindakan segera (untuk contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah diagnosa).
2). Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem / format etiologi.
3). Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan karangan Nanda sehubungan dengan (diantara problem dan etiologi) dan dibanding dengan (etiologi, sign dan sympton) tergantung bahasa, jika masalah tidak selesai menurut nanda.
4). Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.
5). Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam keadaan diagnosa keperawatan.
6). Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian diperoleh keperawatan bagian pengkajian pasien untuk menegakkan diagnosa keperawatan
7). Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah dan nama dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian masing-masing diagnosa keperawatan sebagai petunjuk untuk membuat catatan perkembangan.
8). Hubungkan pada tiap-tiap diagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan laporan perubahan.
9). Setiap pergantian jaga perawat, gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi.
Dokumentasi Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan mencakup tiga hal yaitu meliputi :
1). Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2). Kriteria hasil
Setiap diagnosa keperawatan harus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien.
3). Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri, khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan masalah klien dan bantuan yang diterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif :
a). Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber data yang memuaskan meliputi : Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit, diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit, keluhan utama klien atau alasan dalam berhubungan dengan pelayanan kesehatan, laboratorium, ritme latar belakang sosial budaya, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, Observasi dari tim kesehatan lain.
b). Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama pada maslah aktual yang mengancam kesehatan.
c). Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuat rencana tindakan berikanlah gambaran dan ilustrasi (contoh) bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawatan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.
d). Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk menetapkan masalah bersama dengan klien tentukan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.
e). Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini penting karena seorang perawat profesional akan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk melaksanakan rencana tindakan yang telah tertulis.
f). Mulai rencana tindakan dengan menggunakan action verb
Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dines
Timbang berat badan setiap hari, informasikan kepada klien alasan isolasi.
g). Alasan prinsip untuk menuliskan diagnosa keperawatan.:
Bagaimana prosedur akan dilaksanakan, kapan dan berapa lama, jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan tindakan.
h). Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
i). Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani
j). Rencana tindakan harus dicatat seagai hal yang permanen
k). Klien dan keluarganya jika memungkinkan diikutsertakan dalam perencanaan.
l). Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan diusahakan untuk selalu diperbaharui misalnya setiap pergantian dinas, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan.
4). Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan masalah aktual dari klien
Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :
a ). Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan yang lebih dari satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan.
b). Intervensi observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat. Program yang lebih dari yang sangat menentukan kesehatan klien.
5). Dokumentasi Evaluasi Perawatan
Pernyataan evaluasi perlu dokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dan tentu perencanaan. Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi :
a). Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocard infark) : tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya : toleransi aktifitas meningkat.
b). Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur.
c). Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke fasilitas lain atau dipulangkan.
d). Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi sumatif : dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat naik turun 6 tangga tanpa bantuan.
e). Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut : kontrol sakit yang tidak efektif setelah medikasi, terus tanpa henti, penghilang rasa sakit dari medikasi berlangsung selama 30 menit.
f). Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Menurut Martin handoko (2000) yaitu :
a. Lama atau waktu pelaksanaan
faktor yang menyebabkan pendokumentasian askep belum optimal karena dokumentasi keperawatan terlalu bervariasi, rumit dan membutuhkan waktu lama sekitar 35-140 menit.
b. Kepentingan atau kegunaan
Menurut Carpenito ( 1999 ) rintangan dari staf perawat terhadap pendokumentasian yaitu: tidak ada waktu yang cukup untuk menulis, dianggap tidak perlu kecuali akreditasi dan tidak digunakan setelah ditulis.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan tingkat dasar pengetahuan intelektual yang dimiliki seseorang, karena pendidikan merupakan modal dasar dalam rangka pengembangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
d. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau bersikap tertentu ( Hasibuan, 2001).
Motivasi
Pengertian
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu menurut Stoner & Freeman dalam Gibson ( 1999). Motivasi menurut Ngalim Purwanto dalam Notoatmodjo (2003) adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Sbortell & Kaluzny, dalam Gibson (1999) motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.
Tidak jauh berbeda dengan ke tiga pendapat diatas Azwar dalam Adam Indra (1999) hampir berpendapat sama yaitu motivasi adalah upaya untuk menumbuhkan rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok masyarakat agar mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Martin Handoko (2000), motivasi adalah pemberi daya penggerak untuk menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka bekerjasama, efektif dan terintegrasi dengan segala daya untuk mencapai kepuasan. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu menurut Poerwadarminta dalam Achmad (2004).
Dari berbagai macam definisi motivasi, Menurut Stanford dalam Achmad (2004) ada tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisologis maupun psikologis.
Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Ha : Ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hubungan Antara motivasi Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Askep
Hubungan antara motivasi dengan pelaksanakan dokumentasian, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : masa kerja, tingkat pendidikan, kesejahteraan karyawan. Perilaku yang timbul pada diri seseorang karena didorong adanya kebutuhan. Kebutuhan yang ada pada diri seseorang selalu berorientasi pada tujuan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi maka baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat membentuk perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (1998) bahwa dengan adanya motivasi maka akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. begitu juga dengan tenaga keperawatan, dalam penelitian ini tentang pendokumentasian proses keperawatan dapat dilakukan dengan baik jika didorong dengan adanya motivasi perawat untuk melakukan usaha tersebut. Motivasi dengan kategori
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, dan motivasi sebagai proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor dalam diri seseorang itu sendiri disebut intrinsik atau faktor diluar diri seseorang disebut ekstrinsik. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau kemasa depan. Sedangkan faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber bisa dari orang lain, faktor-faktor lain yang sangat komplek.
Perilaku yang timbul pada diri seseorang karena didorong adanya kebutuhan. Kebutuhan yang ada pada diri seseorang selalu berorientasi pada tujuan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi maka baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat membentuk perilaku seseorang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara survey Analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan menggunakan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) (Alimul,2002).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hari kesehatan jiwa sedunia di Indonesia telah dicanangkan oleh Presiden R.I pada tanggal 09 Oktober 1993, yang bertujuan untuk mengupayakan agar hak mereka yang mengalami gangguan kesehatan jiwa dihormati, memperluas program pencegahan untuk mengurangi ancaman gangguan kesehatan jiwa dan meningkatkan taraf kesehatan jiwa seoptimalnya bagi seluruh penduduk (Depkes RI, 2005).
Tujuan hari kesehatan jiwa sedunia tersebut dijiwai oleh pengertian kesehatan jiwa yang tercantum dalam Undang Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu kesehatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan yang optimal secara fisik, intelektual, dan emosional dari seseorang yang selaras dengan orang lain (Dep Kes, 2005).
Perawat mempunyai hak dan tanggung jawab untuk melaksanakan setiap tugas dengan baik dan benar sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat dalam bertugas mungkin akan dapat mengalami konflik. Sebagai perawat profesional, perawat memerlukan ketelitian dalam memberikan asuhan keperawatan, karena setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan mempunyai resiko atau konsekuensi. Sebagai perawat di tatanan pelayanan kesehatan malpraktik dan kelalaian bisa saja terjadi, maka perawat harus mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien atau klien secara baik dan benar.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar (Nursalam, 2001).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pendokumentasian Askep yaitu lama atau waktu pelaksanaan, kepentingan / kegunaan, pendidikan, motivasi. Dari semua faktor diatas, motivasi mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pendokumentasian askep karena motivasi merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau melakukan tindakan / bersikap tertentu (Martin Handoko, 2000).
Berdasarkan pengalaman penulis selama dinas di Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu khususnya di rawat inap yang merupakan suatu unit pelayanan dari unit pelayanan yang ada pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan masih sangat kurang, sedangkan menurut pengamatan penulis waktu atau kesempatan untuk melakukan pendokumentasian sangat banyak menurut Carpenito, 1999 normalnya waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendokumentasian dalam satu ship yaitu antara 30 – 40 menit. Menurut Carpenito, 1999 rintangan yang umumnya dari stap perawatan terhadap pendokumentasian yaitu : tidak adanya waktu yang cukup untuk menulis, dianggap tidak perlu serta tidak digunakan setelah ditulis.
Berdasarkan penelitian awal yang peneliti lakukan pada tanggal 05 Mei 2008 di Rumah Sakit Jiwa dan Kertergantungan Obat Bengkulu khususnya di ruang rawat inap yang merupakan suatu unit pelayanan dari unit pelayanan yang ada. Ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Bengkulu terdiri dari 5 ruangan yaitu ruangan Rajawali, ruang Murai, ruang VIP, ruang IPC serta ruang Mawar dan 50 orang perawat.
Dari kelima ruangan ini pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan hanya dilakukan apabila akan naik pangkat atau hanya untuk keperluan angka kredit. Hal tersebut dapat dilihat dari lembar-lembar asuhan keperawatan yang mayoritas tidak terisi dengan lengkap dan perawat perawat yang mengisi lembar askep tersebut yaitu dari 11 orang perawat pelaksana ditemui di RSJKO 7 orang yang mengatakan perawat tidak melaksanakan pendokumentasian.
Selain berdasarkan pengamatan peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa orang perawat yang bertugas di ruangan, beberapa orang perawat mengatakan bahwa pendokumentasian banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Sebagian perawat yang lain mengatakan pendokumentasian tidak begitu penting, sehingga pelaksanaannya belum sepenuhnya sesuai dengan standar yang ada.
Bertolak belakang pada uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Antara Motivasi dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah penelitian adalah kurangnya motivasi perawat terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSJKO Soeprapto Bengkulu. Adapun rumusan masalah adalah “Adakah hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Dan Ketergantungan Obat Bengkulu”.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui gambaran motivasi perawat.
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
Manfaat Penelitian
Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan, sumber pustaka tentang hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Sebagai informasi untuk menciptakan serta meningkatkan kualitas kerja perawat dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit.
Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
Keaslian Penelitian
Berdasarkan kepustakaan yang peneliti telusuri belum ada yang pernah melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Motivasi dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Bengkulu.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dokumentasi Keperawatan
Pengertian
Nursalam (2001) mengatakan bahwa “Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum“. Sedangkan pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting . Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar.
Komponen model dokumentasi keperawatan
Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi :
Komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
Dokumentasi proses keperawatan
Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya.
Standar dokumentasi
Perawat memerlukan sesuatu keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah suatu pernyataan tentang kualitas dan kwantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
Tujuan Utama Dokumentasi
Menurut Nursalam (2001) Tujuan utama dari pendokumentasian adalah:
a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan.
b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.
Manfaat Dan Pentingnya Dokumentasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2001) dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila dilihat dari berbagai aspek yaitu :
Hukum
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakan sebagai barang bukti di pengadilan.
Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat perekam terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
Keuangan
Semua tindakan keperawatann yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan.
Penelitian
Data yang terdapat di dalam dokumentasi mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep pada klien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian askep yang diberikan, guna pembinaan lebih lanjut
Prinsip-Prinsip Pendokumentasian
Menurut Nursalam (2001) prinsip pendokumentasian ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik pencatatan
Segi isi dokumentasi
1). Mengandung Nilai Administratif
Misalnya rangkaian pendokumentasian kegiatan pelayanan keperawatan merupakan alat pembelaan yang sah manakala terjadi gugatan.
2). Mengandung Nilai Hukum
Misalnya catatan medis kesehatan keperawatan dapat dijadikan sebagai pegangan hukum bagi rumah sakit, petugas kesehaan, maupun pasien.
3). Mengandung Nilai Keuangan
Kegiatan pelayanan medis keperawatan akan menggambarkan tinggi rendahnya biaya perawatan yang merupakan sumber perencanaan keuangan rumah sakit.
4). Mengandung Nilai Riset
Pencatatan mengandung data, atau informasi, atau bahan yang dapat digunakan sebagai objek penelitian, karena dokumentasi merupakan informasi yang terjadi di masa lalu.
5). Mengandung Nilai Edukasi
Pencatatan medis keperawatan dapat digunakan sebagai referensi atau bahan pengajaran di bidang profesi.
Segi teknik pencatatan (Nursalam, 2001)
1). Menulis nama pasien pada setiap halaman catatan perawat
2). Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam
3). Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan dapat dipercaya secara fakta.
4). Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima, dapat dipakai. Contoh : Kg untuk Kilogram
5). Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau
6). Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata “salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan akan rusak jika ada penghapusan.
7). Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan
8). Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tandatangani dan tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.
Jenis jenis pencatatan
Ada dua jenis pencatatan dokumentasi keperawatan menurut Nursalam (2001) yaitu :
Catatan Pasien secara Tradisional
Catatan pasien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya. Catatan perawat terpisah dari catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya catatan ditulis dalam bentuk naratif. Sistem dokumentasi berorientasi pada sumber yang ditulis secara terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang benar sesuai perkembangan pasien. Catatan tradisional umumnya mempunyai enam bagian, yaitu : catatan khusus, lembar catatan dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan, dan laporan khusus lainnya.
Catatan Berorientasi pada Masalah
Pencatatan yang berorientasi pada masalah yang sedang dialami pasien. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, dimana dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien tentang segala permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama “Problem Oriented Record ”.
Problem Oriented Record (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan pasien. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.
Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian, yaitu :
1). Data Dasar : identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan lain-lain, data dasar diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang akan diberikan, misalnya: data dasar unit kebidanan akan berbeda dengan unit bedah.
2). Daftar Masalah : masalah pasien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar masalah dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium yang abnormal, masalah psikologis, atau masalah sosial. Masalah yang ada mungkin banyak sehingga perlu diatur menurut prioritas masalah dengan memberi nomor, tanggal pencatatan, serta menyebutkan masalahnya. Daftar memberikan keuntungan bagi perawat sebagai perencana keperawatan.
3). Rencana: Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan demikian perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan pasien.
4). Catatan Perkembangan Pasien adalah semua catatan yang berhubungan dengan keadaan pasien selama dalam perawatan. Pada umumnya catatan ini terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain :
a). Catatan Berkesinambungan (Flow Sheet)
Digunakan untuk mencatat hasil observasi perawatan secara umum, khususnya pada keadaan pasien yang sering berubah-ubah dengan cepat.
b). Catatan secara Naratif (Notes)
c). Catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge Notes)
Dokter maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan pasien selama dirawat, baik mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
Metode pendokumetasian Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian Pengkajian
Dokumentasi pengkajian ditujukan pada data klinik dimana perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisisr dalam catatan kesehatan. Format pengkajian meliputi data dasar, flowsheet dan catatan perkembangan lainnya yang memungkinkan sebagai alat komunikasi bagi tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya.
Petunjuk penulisan pengkajian:
1). Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang meliputi : Riwayat pasien masuk rumah sakit, respon klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan klien, riwayat pengobatan,
data pasien rujukan, pulang dan keuangan.
2). Gunakan format yang telah tersusun untuk pencatatan pengkajian
Pendekatan : mayor body system seperti sistem respirasi, sistem kardiovaskular, sistem persarafan, sistem perkemihan, dan sistem pencernaan.
3). Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan.
4). Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai memasukkan pendapat pribadi.
5). Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data objektif.
6). Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk definisi karakteristiknya.
7). Ikuti aturan atauran atau prosedur yang dipakai dan disepakati instansi
8). Tuliskan secara jelas dan singkat
Pendokumentasian Diagnosa Keperawatan (Nursalam, 2001)
Petunjuk untuk penulisan diagnosa keperawatan meliputi :
1). Pemakaian PE dan PES : untuk format diagnosa aktual, kecuali ketika petugas yang berbeda mengambil tindakan segera (untuk contoh, tanda dan gejala pencatatan, sebelum dan sesudah diagnosa).
2). Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem / format etiologi.
3). Pemakaian terminologi tetap dengan diagosa keperawatan karangan Nanda sehubungan dengan (diantara problem dan etiologi) dan dibanding dengan (etiologi, sign dan sympton) tergantung bahasa, jika masalah tidak selesai menurut nanda.
4). Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.
5). Mulai pernyataan diagnosa dengan menguabah redaksinya ke dalam keadaan diagnosa keperawatan.
6). Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik pendefinisian diperoleh keperawatan bagian pengkajian pasien untuk menegakkan diagnosa keperawatan
7). Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan didaftar masalah dan nama dokumentasi dalam catatan perawatan. Pemakaian masing-masing diagnosa keperawatan sebagai petunjuk untuk membuat catatan perkembangan.
8). Hubungkan pada tiap-tiap diagnosa keperawatan bila merujuk dan memberikan laporan perubahan.
9). Setiap pergantian jaga perawat, gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, tindakan dan evaluasi.
Dokumentasi Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan mencakup tiga hal yaitu meliputi :
1). Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas untuk merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2). Kriteria hasil
Setiap diagnosa keperawatan harus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien.
3). Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri, khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan masalah klien dan bantuan yang diterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.
Petunjuk penulisan rencana tindakan yang efektif :
a). Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber data yang memuaskan meliputi : Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit, diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit, keluhan utama klien atau alasan dalam berhubungan dengan pelayanan kesehatan, laboratorium, ritme latar belakang sosial budaya, riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik, Observasi dari tim kesehatan lain.
b). Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama pada maslah aktual yang mengancam kesehatan.
c). Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memuat rencana tindakan berikanlah gambaran dan ilustrasi (contoh) bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawatan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.
d). Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk menetapkan masalah bersama dengan klien tentukan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.
e). Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini penting karena seorang perawat profesional akan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk melaksanakan rencana tindakan yang telah tertulis.
f). Mulai rencana tindakan dengan menggunakan action verb
Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dines
Timbang berat badan setiap hari, informasikan kepada klien alasan isolasi.
g). Alasan prinsip untuk menuliskan diagnosa keperawatan.:
Bagaimana prosedur akan dilaksanakan, kapan dan berapa lama, jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan tindakan.
h). Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
i). Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani
j). Rencana tindakan harus dicatat seagai hal yang permanen
k). Klien dan keluarganya jika memungkinkan diikutsertakan dalam perencanaan.
l). Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan diusahakan untuk selalu diperbaharui misalnya setiap pergantian dinas, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan.
4). Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan masalah aktual dari klien
Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :
a ). Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan yang lebih dari satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan.
b). Intervensi observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat. Program yang lebih dari yang sangat menentukan kesehatan klien.
5). Dokumentasi Evaluasi Perawatan
Pernyataan evaluasi perlu dokumentasikan dalam catatan kemajuan, direvisi dalam rencana perawatan atau dimasukkan dalam ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dan tentu perencanaan. Pedoman untuk pendokumentasian evaluasi :
a). Sebelum kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung penilaian perawat. Contoh data pendukung (untuk klien dengan myocard infark) : tidak ada dispnea. Penilaian perawatannya : toleransi aktifitas meningkat.
b). Mengikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat klien terhadap intervensi keperawatan atau prosedur.
c). Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika klien dipindahkan ke fasilitas lain atau dipulangkan.
d). Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasikan pada perencanaan keperawatan klien, bisa berjalan 500 kaki dan menaiki 12 tangga tanpa bantuan. Evaluasi sumatif : dapat berjalan 200 kaki tanpa alat bantu dan dapat naik turun 6 tangga tanpa bantuan.
e). Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan klien terhadap tujuan, pemasukan yang sesuai dicatat sebagai berikut : kontrol sakit yang tidak efektif setelah medikasi, terus tanpa henti, penghilang rasa sakit dari medikasi berlangsung selama 30 menit.
f). Melalui suatu penilaian atau modifikasi intervensi, mengawali dan mendokumentasikan respon perawat untuk mengubah kondisi klien.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan Menurut Martin handoko (2000) yaitu :
a. Lama atau waktu pelaksanaan
faktor yang menyebabkan pendokumentasian askep belum optimal karena dokumentasi keperawatan terlalu bervariasi, rumit dan membutuhkan waktu lama sekitar 35-140 menit.
b. Kepentingan atau kegunaan
Menurut Carpenito ( 1999 ) rintangan dari staf perawat terhadap pendokumentasian yaitu: tidak ada waktu yang cukup untuk menulis, dianggap tidak perlu kecuali akreditasi dan tidak digunakan setelah ditulis.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan tingkat dasar pengetahuan intelektual yang dimiliki seseorang, karena pendidikan merupakan modal dasar dalam rangka pengembangan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
d. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu atau bersikap tertentu ( Hasibuan, 2001).
Motivasi
Pengertian
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu menurut Stoner & Freeman dalam Gibson ( 1999). Motivasi menurut Ngalim Purwanto dalam Notoatmodjo (2003) adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Sbortell & Kaluzny, dalam Gibson (1999) motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.
Tidak jauh berbeda dengan ke tiga pendapat diatas Azwar dalam Adam Indra (1999) hampir berpendapat sama yaitu motivasi adalah upaya untuk menumbuhkan rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok masyarakat agar mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Martin Handoko (2000), motivasi adalah pemberi daya penggerak untuk menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka bekerjasama, efektif dan terintegrasi dengan segala daya untuk mencapai kepuasan. Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang secara sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu menurut Poerwadarminta dalam Achmad (2004).
Dari berbagai macam definisi motivasi, Menurut Stanford dalam Achmad (2004) ada tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisologis maupun psikologis.
Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Ha : Ada hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hubungan Antara motivasi Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Askep
Hubungan antara motivasi dengan pelaksanakan dokumentasian, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : masa kerja, tingkat pendidikan, kesejahteraan karyawan. Perilaku yang timbul pada diri seseorang karena didorong adanya kebutuhan. Kebutuhan yang ada pada diri seseorang selalu berorientasi pada tujuan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi maka baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat membentuk perilaku seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (1998) bahwa dengan adanya motivasi maka akan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. begitu juga dengan tenaga keperawatan, dalam penelitian ini tentang pendokumentasian proses keperawatan dapat dilakukan dengan baik jika didorong dengan adanya motivasi perawat untuk melakukan usaha tersebut. Motivasi dengan kategori
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, dan motivasi sebagai proses psikologi timbul diakibatkan oleh faktor dalam diri seseorang itu sendiri disebut intrinsik atau faktor diluar diri seseorang disebut ekstrinsik. Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau kemasa depan. Sedangkan faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber bisa dari orang lain, faktor-faktor lain yang sangat komplek.
Perilaku yang timbul pada diri seseorang karena didorong adanya kebutuhan. Kebutuhan yang ada pada diri seseorang selalu berorientasi pada tujuan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan yang diinginkan. Dengan adanya motivasi maka baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat membentuk perilaku seseorang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Rancangan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara survey Analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan menggunakan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) (Alimul,2002).
No comments:
Post a Comment